Minggu, 30 Desember 2012 | | 0 komentar

KEHANCURAN BUMI TAHUN 2053? (TUBRUKAN DENGAN PLANET)


Segala puji bagi ALLAH yang menguasai alam semesta dalam genggaman-NYA. Qursy-NYA meliputi langit dan bumi, maka hanya DIA-lah yang patut disembah, Tuhan Yang Maha Suci lagi Maha Agung. Semoga salam dan selawat senantiasa dicurahkan kepada Muhammad Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, sang pemimpin umat Islam dan pembela dihari akhir.
ALLAH berfirman dalam dalam Surah ke-25 Al Furqaan ayat 61:
Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya. [25. Al Furqaan: 61]
kiamat2.jpg
Telah menciptakan jutaan atau bahkan milyaran atau bahkan lebih banyak bintang dalam langit ciptaan-NYA. Kumpulan bintang-bintang kemudian kita sebut dengan nama “galaksi (galaxy)”. Terdapat banyak galaksi yang hanya ALLAH saja yang tahu jumlahnya. Salah satunya adalah galaksi dimana bumi kita berada di dalamnya. Pusat dari galaksi kita adalah matahari. Dengan kuasa ALLAH diciptakan-NYA benda-benda langit dan planet berputar mengelilingi matahari. Kumpulan planet yang bergerak mengelilingi matahari, kemudian kita sebut dengan nama “tata surya (solar system)”. Begitu pula dengan galaxy lain yang memiliki pusatnya sendiri. Putaran planet terhadap pusat galaxy kemudian kita kenal dengan nama “orbital atau orbit”. Atas kehendak ALLAH jua, diciptakanlah galaksi-galaksi itu berputar dalam jangka waktu dan kecepatan serta arah yang dikehendaki ALLAH.
kiamat3.jpg
Jika kita rajin mendengar keterangan-keterangan dari web NASA, mereka pernah mengatakan bahwa sudah banyak planet yang berbalik arah putar, jika pada planet bumi kita ini matahari masih terbit dari arah timur, maka beberapa tahun ini terdapat fenomena baru yang menurut mereka planet lain sudah mulai berbalik arah dan matahari terbit dari arah barat. Dari sisi ilmiah, inilah pertanda akhir zaman mendekati kiamat, sebagaimana petunjuk dari Rasullullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Adalah kemudian menurut para ilmuwan dari sekian banyak planet yang berbalik arah putar, mereka menemukan adanya planet dari galaxy lain yang bergerak memasuki orbit dalam solar system kita.Planet baru ini kemudian diberi nama PLANET X (NIBIRU).
kiamat4.jpg
Planet X ini tertarik (ditarik) oleh gaya grafitasi matahari yang besar dalam tata surya kita, sehingga kemudian ia masuk ke dalam orbit planet-planet dalam keadaan berbalik arah, dan suatu masa nanti planet X akan bertabrakan dengan bumi. Ilmuwan menyebut 50 tahun lagi planet X (Nibiru) ini akan memasuki orbit tata surya kita, sejak ia ditemukan tahun 2003 lalu. Berarti kiamat boleh terjadi pada 2053? ALLAH-lah pemilik-NYA. Manusia hanya diberi mata, otak dan akal untuk melihat tanda-tanda kebesaran ALLAH subhanahu wa ta’ala.
graphic41.jpg
Lintasan Planet Nibiru (Planet X/Planet kesepuluh) ke dalam tata surya merupakan bukti ketidakterhinggaan semesta yang berperan mendatangkan kiamat di bumi. Gempa-gempa bumi terkuat dalam sejarah manusia modern akan terjadi di seluruh dunia. Setelah inti bumi berhenti bergerak untuk sejajar dengan medan magnet Planet X, kekuatan jangkauan gempa bisa lebih besar dari 9 skala Richter, meskipun akan dirasakan berbeda di berbagai tempat di dunia, tergantung pada konfigurasi batu di bawahnya. Gunung es di kutub Antartika membelah dan mencair, menimbulkan gelombang pasang yang dahsyat, membawa hanyut apa saja yang disapunya. Gelombang tsunami menjadi monster abad ini.
kiamat5.jpg
Bencana dahsyat bumi itu diperkirakan karena Planet X melintasi tata surya. Planet X pada masa ini memang sedang melewati orbit bumi. Planet X itu adalah planet humongous (tak terkira besarnya) yang memiliki massa seratus kali lipat lebih besar daripada bumi. Inti magnetisnya sedemikian dahsyat kekuatannya sehingga bertabrakan dengan medan-medan magnet planet lain dalam tata surya.
kiamat7.jpg
PERBANDINGAN BESAR PLANET BUMI DIBANDING PLANET X (NIBIRU)
kiamat8.jpg
Gangguan elektromagnetis atas planet-planet lainnya itulah yang mendasari para ahli perbintangan modern melacak eksistensi Planet X. Adalah perubahan itu memang dapat dianggap disebabkan oleh melintasnya Planet X. Apapun dugaannya, yang pasti, dari penelitian terakhir barulah dapat diketahui

Jumat, 14 Desember 2012 | | 0 komentar

Universitas sebagai Inkubator Moral Pemimpin Masa Depan

Berikan aku seribu orang tua, maka akan kucabut merapi dari akarnya. Dan berikan aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia. – Ir. Soekarno

KALIMAT dari Presiden Indonesia pertama tersebut mungkin sudah terlalu sering disebutkan dalam berbagai tulisan maupun acara-acara bertema kepemudaan. Karena terlalu seringnya tersebut, bisa jadi semua pihak telah setuju bahwa kalimat tersebut menunjukkan betapa pada dasarnya pemuda berpotensi sangat besar bukan hanya untuk mempengaruhi diri dan lingkungannya, bahkan juga memberikan pengaruh besar pada dunia. Sayangnya kalimat sakti itu justru terlalu melenakan, mengaburkan kenyataan bahwa saat ini pemuda kita, pemuda Indonesia, sesungguhnya sedang berada pada titik kritis dininabobokan oleh anggapan bahwa pemuda bisa dengan mudah “mengguncang dunia”. Tetapi jangankan untuk mengguncang dunia, mempertahankan dirinya sendiri saja belum mampu. Jangankan untuk menentukan masa depan dunia, yang ada pemuda kita tanpa sadar telah terlalu jauh terbawa arus.

Tuntutan yang muncul kepada pemuda sebagai pemimpin masa depan kemudian tidak dapat dijawab dengan baik. Bahkan lebih dari itu, para pemuda kita mungkin belum sadar beban berat apa yang sedang diarahkan pada mereka. Hal yang kemudian mereka coba lakukan justru sibuk menikmati masa muda yang “hanya sekali” dan melupakan masa depan yang dengan pasti menanti di depan mereka. Parahnya, bukan hanya penyakit lupa kronis yang saat ini sedang diderita oleh para pemuda kita, moral yang akan sangat mereka butuhkan sebagai pemimpin di masa depan tidak dapat dimungkiri seolah telah menjadi barang klise yang sama sekali tidak berharga.

Dan sayangnya, senada dengan hal itu terdapat sekelompok happy selected few bernama mahasiswa yang hanya menambah panjang daftar calon pemimpin masa depan yang mengkhawatirkan. Dengan akses besar yang didapatkan oleh mahasiswa kepada ilmu pengetahuan, mahasiswa justru menjadi kelompok pertama yang secara sadar menutup mata dari beratnya tanggung jawab menjadi kelompok berpotensi yang dituntut menjadi bagian penting masyarakat. Mahasiswa sesungguhnya sadar ada yang harus diperjuangkan untuk masa depan bangsanya, tetapi ironisnya, mahasiswa tidak mau repot-repot untuk mengusahakan kepentingan bersama tersebut.

Hedonisme, apatisme, dan anarkisme menjadi stigma baru yang bahkan disadari oleh mahasiswa itu sendiri telah melabeli dirinya. Kelompok pertama menjadi kelompok yang sama persis dengan pemuda pada umumnya yang sibuk menikmati masa muda. Kelompok kedua menjadi “mahasiswa sejati” yang dibutakan oleh orientasi prospek kerja, mencari sebanyak mungkin celah menjadi profesional tanpa sedikit pun peduli pada masalah sosial bangsa Indonesia. Kemudian kelompok terakhir memiliki kesadaran penuh untuk memperjuangkan nasib bangsanya. Tetapi sayangnya kesadaran tersebut tidak dibarengi dengan kesadaran moral untuk beretika, yang ada justru kelompok ini diselubungi oleh euforia bahwa mahasiswa adalah pahlawan revolusi, yang ditakuti polisi, yang ditakuti pemerintah, tapi lupa bahwa pemerintah yang mereka jelek-jelekkan itu sekian tahun sebelumnya adalah teladan yang saat ini menjadi dasar dari arogansinya.

Secara konseptual, mahasiswa memiliki tiga peran utama yaitu agent of change, iron stock, dan moral force. Sayangnya ketiganya hanya menjadi simbol arogansi dan bahkan poin terakhir menjadi sebuah ironi. Kemudian Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat menjadi konsep usang yang dimaknai terlalu apa adanya. Pendidikan hanya dipahami sekadar aktivitas mendengarkan ceramah di dalam kelas. Penelitian mengalami pergeseran makna sehingga berorientasi materi. Dan Pengabdian Masyarakat direalisasikan dengan community service yang memposisikan masyarakat sebagai penerima bantuan mentah tanpa kesadaran akan pentingnya community development. Lantas jika sudah terlalu banyak pergeseran makna yang seharusnya ideal seperti ini, dengan menggantungkan nasib sepenuhnya pada pemuda - bahkan mahasiswa, sangat mungkin di masa depan kondisi bangsa Indonesia tidak akan pernah lebih baik dari hari ini.

Karena itu selain sebagai ladang ilmu pengetahuan, universitas seharusnya juga menjadi rumah pemikiran, laboratorium karya, sekaligus miniatur kehidupan bermasyarakat. Dengan begitu tidak akan lagi anggapan bahwa produk universitas adalah para koruptor. Selain itu mahasiswa akan lebih mudah untuk menjadi ideal secara pemikiran, nyata dalam berkarya, dan memiliki kepekaan tinggi terhadap kondisi sosial kemasyarakatan. Berdasarkan kenyataan hari ini, yakni mahasiswa memiliki moral yang cukup rapuh, universitas dapat difungsikan sebagai inkubator yang akan menjaga kerapuhan moral tersebut dan perlahan menguatkannya agar ketika waktunya tiba; mahasiswa dapat menjadi pemimpin dengan moral yang cukup untuk membawa bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Proses inkubasi itu sendiri dapat dimulai pada proses kaderisasi dan dilanjutkan pada aktivitas politik kampus.

Proses kaderisasi penting karena menjadi turning point perubahan seorang pemuda dari dunia sekolah ke dunia kampus yang lebih luas. Dalam tahapan ini seharusnya tumbuh idealisme yang akan membuka mata mahasiswa baru selebar-lebarnya mengenai realitas sosial yang terjadi di masyarakat dan menajamkan intuisinya untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah yang ada. Selain proses pengenalan kepada bidang spesialisasinya masing-masing, mahasiswa baru seharusnya diberikan pemahaman mengenai peran dan fungsi sosialnya, tanggung jawabnya kepada masyarakat, dan beban menjadi pemimpin masa depan yang dialamatkan kepadanya.

| | 0 komentar

Belajar dari Sosok Epistoholic

MEREKA adalah para penulis, tetapi bukan demi tujuan eksis maupun narsis, tidak ingin tenar, apalagi terkenal. Juga bukan karena bayaran, alias “malaikatan”. Mereka hanya menyuarakan isi hati. Ya, mereka adalah para komunitas epistoholic.

Mungkin di antara kita masih ada yang belum mengenal istilah tersebut. Epistoholic adalah sebutan bagi orang yang kecanduan menulis di  kolom surat pembaca. Di Indonesia, komunitas epistoholic ini didirikan oleh Bambang Haryanto pada 2003. Hingga sekarang, komunitas Epistoholic Indonesia (EI) tersebar di beberapa kota; Bandung, Batang, Bojonegoro, Jatisrono, Jombang, Kaliurang, Karanganyar, Kendal, Magelang, Malang, Purwodadi, Salatiga, Semarang, Solo, Sragen, Yogyakarta, Wonogiri. Bahkan, Melbourne, Australia, menjadi salah satu markas EI.

Pada dasarnya, menulis adalah salah satu tradisi ilmiah bagi civitas akademik. Ironinya, hingga sekarang, mahasiswa yang dianggap sebagai agen perubahan, masih terhitung minim dalam bidang tulis menulis di media masa. Jika dicermati lebih jauh, banyak sekali media yang menyediakan kolom-kolom khusus bagi mahasiswa. Kalaupun ada yang belum percaya diri (PD), kolom suara pembaca bisa menjadi alternatifnya.

Mengapa surat pembaca? Ya, surat pembaca adalah salah satu kolom di media masa tempat setiap lapisan masyarakat bebas menuliskan dan menyampaikan unek-uneknya ke hadapan publik, mulai dari petani hingga profesor sekali pun.

Disadari atau tidak, keberadaan kolom surat pembaca mempunyai manfaat yang sangat besar bagi perubahan. Sebagaimana yang ditulis oleh Bambang Haryanto (2006), menurut Emanuel Rosen dalam bukunya The Anatomy of Buzz, mengutip hasil penelitian lembaga riset Roper Starch sejak tahun 1940-an, bahwa para penulis surat pembaca di AS tergolong sebagai the influential Americans, orang-orang Amerika yang berpengaruh (lihat di: http://episto.blogspot.com/).

Sebagai agen perubahan, tentu kita harus mampu menangkap sinyal positif keberadaan kolom suara pembaca. Di antaranya demi kemajuan bangsa, misalnya sebagai media publikasi, ataupun kritik sosial yang membangun. Sayangnya, hingga kini, masih belum banyak mahasiswa yang mau memanfaatkan kolom Surat Pembaca ini. Entah mengapa, apakah karena tidak ada rewardnya, atau merasa remeh jika ada yang bilang, “Ah cemen, bisanya cuma menulis di kolom surat pembaca!” Padahal, keberadaan kolom surat pembaca bisa menjadi media efektif untuk berkontribusi, memberi pencerahan kepada publik demi sebuah perubahan yang nyata.

Pepatah Malaysia mengatakan bahwa perilaku ayam lebih baik dibanding perilaku penyu. Pepatah negeri jiran itu berbunyi, "Jangan jadi penyu yang bertelur ribuan butir tetapi senyap-senyap, melainkan jadilah ayam, hanya bertelur sebutir tetapi riuhnya sekampung.” Pepatah tersebut mengindikasikan bahwa sekecil dan sesederhana apa pun ide kita, sudah seharusnya kita suarakan melalui media. Sebesar dan sebagus apa pun ide kita, selama tidak dituangkan dan disuarakan melalui media, ide tersebut hanyalah pepesan kosong belaka.