Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2009 pernah merilis perilaku
seks bebas remaja dari penelitian di empat kota yakni Jakarta Pusat, Medan,
Bandung, dan Surabaya.
Hasilnya menunjukkan sebanyak 35,9 persen remaja punya teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan, sebanyak 6,9 persen responden telah melakukan hubungan seksual pranikah.
Hasilnya menunjukkan sebanyak 35,9 persen remaja punya teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan, sebanyak 6,9 persen responden telah melakukan hubungan seksual pranikah.
Sampai sekarangpun, bagi kita, orang tua yang masih sedikit kuper dan ‘ketinggalan jaman’, aku tidak memikirkan tentang kehidupan seks, apalagi kehidupan seks ala remaja ….. Buat aku, itu agak ‘absurd’. Sangat tidak pada tempatnya. Tetapi, aku juga mengerti, bahwa kehidupan remaja era globalisasi ini memang lebih cepat mandiri, bukan hanya otak dan kepintarannya, tetapi juga dari tubuh dan fisiknya! Fisik mereka memang besar, bongsor atau tinggi ramping, tetapi mereka tetap remaja2 kita, yang belum pantas melakukan hubungan seks!
Menurut penyelusuran televisi , remaja2 sekarang sudah tidak
tabu lagi untuk bicara tentang hubungan seks, bahkan sebagian dari mereka
justru sudah pernah ( atau sering ? ) melakukan hubungan seks dengan pacarnya.
Astaga ….. Pada waktu2 yang lalu, pun aku pernah membaca tentang angket di
kota2 Metropolitan di Indonesia ( jika di luar Indonesia sih, aku tidak heran
secara mereka memang hidup di jaman globalisasi. Tetapi di Indonesia, walau
memang mereka ada di jaman ini, tetapi seharusnya Indonesia lebih mementingkan
adat ‘ketimuran’nya ), bahwa memang banyak remaja2 sekolah sudah melakukan
hubungan seks, tanpa ragu dan malu!
Aku sih tidak mau membahas tentang itu, tetapi lebih ingin
membahas tentang, ‘Mengapa mereka bisa melakukan hubungan seks, padahal belum
waktunya?’
Dimulai dengan era atau jamannya sekarang ini. Bahwa jaman
globalisasi memang membuat semua bisa dicapai, dalam 1 ‘klik’ saja, untuk
membaca, melihat atau menonton ‘urusan begituan’. Sudah banyak yang
menuliskannya, bahkan di Kompasiana juga banyak sekali menuliskan artikel
tentang itu. Itu memang bagi remaja yang bisa ber’internet ria’ ( atau ‘online’
). Tetapi bagi remaja ‘offline’, ternyata bukan hanya internet saja yang
‘bermain’ dan menjadi latar belakang hubungan seks remaja. Mereka, para remaja
itu, memang sedang banyak ‘mau tahu’ dan keingintahuannya memang sangat besar.
‘Curious’.
Ternyata juga, karena memang banyak remaja2 sekarang mulai genit
dan berdandan ‘ala’ mama mereka , sehingga si remaja
priapun, ‘kesengsem’ oleh penampilan para remaja putrinya ….. Pernah aku
melihat pasangan remaja ( palingan mereka murid SMP, melihat penampilan fisik
mereka ). Si remaja putri, berdandan heboh, memakai barang2 bermerek bagus,
sementara si remaja pria, tinggi bongsor, tetapi wajahnya masih sangat ‘anak2′,
dengan barang2 juga bermerek. Mereka bukan hany berpegangan tnga saja, tetapi
bermesraan! Anak SMP bermesraan di sebuah mal. Itu pun tidak heran untuk kota
sekelas Jakarta. Tetapi, masak’ iya sih???
Ketika aku di luar Indonesia, sewaktu aku bersekolah di sebuah
kota metropolitan dan di sebuah negara besar, aku tidak lah heran. Waktu itu
tahun 1993, sebenarnya pun aku juga masih seorang muda dan belum menikah. Pun
aku sudah tidak heran melihat remaja2 tanggung di kota itu, bermesraan di taman,
bahkan berciuman, bukan hanya cium2 kecil, tetapi seperti di film2 itu, lhoooo
….. Aaahhh, dulu aku pasti berpaling jika mlihat adegan seperti itu, walau aku
tetap sudah lebih tua dari pada mereka2. Tetap saja aku ‘malu’. Itu yahun 1993
dan bukan di Indonesia.
Sekarang, di depan mataku, sering aku melihat remaja2 tanggung,
bermesraan, walau tidak sampai seperti yang aku ceritakan diatas. Pun aku tetap
tertegun. Jika aku dan anak2ku berjalan2 di mal, dan kami melihat seperti itu,
aku melirik ke mereka. Ternyata, raut wajah mereka biasa2 saja, tuh! Tidak
malu, dan masa bodoh saja. Kupikir, mereka akan berceloteh, dengan menutup muka
mereka. Tetapi ternyata hanya aku yang malu melihatnya …..
Seks memang bukan berarti berhubungan alat kelamin, walau itulah
yang memang mau diulas oleh stasiun TV tadi pagi. Tetapi untukku, berhubungan
seks remaja adalah saling berinteraksi antara remaja pria dan remaja putri,
untuk mulai membina hubungan dengan kasih, lebih menjurus ke arah pertemanan
dan persahabatan. Tetapi toh, mereka tidak mau seperti itu! Sehingga, memang
hubungan seks remaja, tetap sangat tidak pada tampatnya.
Berhubungan seks ala remaja seperti penyelusuran TV itu, memang
sangat mengakawatirkan. Tetapi justru dampak hasil hubungan tersebut, membuat
semua was-was! Penelusuran sudah sampai tentang aborsi dan kematian! Bahwa
banyak remaja putri yang meninggal karena aborsi. Dan bagaimana dengan remaja
prianya? Apakah bisa menjadi ‘tertuduh?’. Sepertinya, tidak! Para remaja putra,
ternyata banyak yang pengecut, walau memang mereka ada di tengah2 permasalahan
: maju kena mundur kena juga! Tetapi, tetap saja remaja putri yang sangat
terkena dampaknya!
Globalisasi, mungkin bisa menjadi ‘motor’nya. Tetapi tetap saja,
fisik mereka juga menjadi latar belakang dalam berhubungan seks. Fisik mereka
yang menggiurkan sampai otak mereka yang sangat ingin tahu tentang apapun,
menjadi awal penyebab masa depan yang berantakan.
Lalu bagaimana menyikapinya? Tidak ada jalan lain, kecuali melingkupi
remaja2 tersebut dengan kasih sayang orang tua. Sangat terbukti, bahwa kasih
orang tua, tetap nomor 1, untuk mereka berlindung. Sekali lagi, sebagai orang
tua, kita jangan mengatakan TIDAK dan MELARANG, tetapi menceritakan entang
apapun dengan lemah lembut …… ‘Seks eduction?’ Itu memang salah satu solusi,
tetapi tetap kasih orang tua dan linkunganlah yang bisa menyelamatkan mereka
…..
Kasih orang tua, akan sangat bermakna, jika orang tua selalu
bersahaja dalam tindak tanduknya sehari2 di mata anak2nya …..
BEBERAPA FAKTA:
Dari arsip mr.google.com, ku dapati data berikut ini,
Fit (14) siswi kelas 3 SMPN 2 Delanggu - Mojokerto; A siswi SMP PGRI 47
Surabata (telah mempunyai suami siri); Dn (14) siswi SMP Negeri 2 Dlanggu; Rs
(14) siswi MTs Thoriqul Ulum Desa Sajen; ada 9 siswi kelas 3 lainnya yang dalam
kondisi yang sama; 4 siswa SMP K 3 SoE - NTT, batal mengikuti ujian karena
telah hamil; inspeksi mendadak di SMP Ma`arif dan SMP Islam di Kecamatan
Bangsalsari, serta SMP Muhammadiyah di Kecamatan Umbulsari. Hasil sidak ternyata
masih ada siswa SMP yang tidak ikut UN karena menikah; di Banjarmasin, tahun
2011 lalu, tercatat ada 148 kasus seks pra-nikah, 30 kasus infeksi saluran
reproduksi, 30 kasus infeksi menular seksual (IMS), 220 kasus kehamilan tidak
diinginkan atau di luar nikah, serta 325 kasus persalinan remaja baik karena
menikah di usia dini maupun di luar nikah; dan masih ada ribuan kasus lainnya.
Semuanya yang terjadi di atas, bukan sekedar fenomena sementara,
tetapi realita - kejadian sebenarnya. ABG-ABG tersebut, mereka, semuanya hamil
bukan karena (sebagai/akibat) perkosaan, tetapi hubungan seks yang sengaja -
disengaja - atau bahkan direncanakan (sebelumnya), lebih dari sekali
sehingga berakibatkan hamil. Lalu, siapa yang disalahkan!?
Dari telusuran pada/di search machine google.com - yahoo.com,
banyak orang (yang katanya ahli, pemerhati pendidikan, psikholog, bahkan
tokoh-tokoh agama, dan lain sebagainya) memberi dan memberikan pendapat yang
berbeda. Banyak orang bicara tentang sex pra-nikah pada pelajar smp atau yang
dilakukan oleh pelajar smp, sekaligus saling melempar kesalahan kepada yang
lainnya. ABG yang sudah ml dan kemudian hamil, menurut saya, bukan
semata-mata kesalahan satu dua orang atau pun insitusi tertentu. Jadi, tak
perlu saling melempar; lihatlah, apa yang ku dapatkan di bawah ini.
Pelajar SMP (sudah ML dan) Hamil: apa dan siapa yang disalahkan
atau paling bertanggungjawab!? Ada aneka jawaban
yang ku dapatkan,
1.
Orang Tua; banyak orang (menulis dan bicara) berpendapat bahwa
yang paling bertanggungjawab adalah orang tua. Mereka salah mendidik; tidak
memberi perhatian; dan berbagai tidak lainnya. Patutkah orang
tua disalahkan!? Bisa jadi ya dan bisa juga tak selamanya benar. Ortu, karena
kesibukan dan keterbatasannya, tak bisa mengawasi abg (anak mereka) selama 24
jam
2.
Guru; tidak sedikit yang menyalahkan guru; guru sebagai salah
satu penanggungjawab atau bertanggungjawab abg ml pra-nikah, karena mereka
tidak mendidik anak-anak didiknya dengan baik dan benar; guru tak mengajari
abg-abg tersebut tentang sex education yang benar, sehingga
mereka uji coba sendiri, dan hamil. Apakah semua guru memang seperti
itu!? Tentu tidak. Dan juga, inter aksi guru-anak didik, rata-rata 5-6 jam per
hari, tentu tak semua hal mereka bisa berikan pada anak didiknya
3.
Agama - pendidikan agama - tokoh-2 agama; mereka-mereka
ini juga dituding sebagai yang gagal membina akhlak - moral -
rohani - dll, sehingga umat mencapai penghayatan iman yang memadai. Nah …. jika
yang ini, bisa jadi paling bertanggungjawab. Lihat (contoh di atas), siswa ABG
yang hamil tersebut, dari wilayah-wilayah dominan beragama yang fanatik, dan siswa
madrash serta smp kristen (yang bisa dikatakan pendidikan agamanya lebih baik
dari sekolah-sekolah umum)
4.
Kemudahan mengakses internet, situs/web porno, dan sejenisnya;
ini juga dijadikan biang kerok abg ml dan kemudian hamil. Kemudahan mengakses
Internet, patut di salahkan!? Waduh, ini adalah salah satu asbun. Di mana pun
di dunia, orang inginkan aga mudah dan cepat mengakses internet, bukan
sebaliknya. Mengakses Internet bukan lagi salah satau gaya hidup modern tetapi
kebutuhan; bagaikan butuh kopi dan dan teh soreh dan pagi. Nah
5.
Smart HP - hp cerdas, yang bisa mengakses
internet, vidio, dan lain-lain; nah yang juga sebagai salah satu media
penyebab abg ml dan hamil. Mungkin, ini ada benarnya, karena semakin mudah
vidio sex beredar, kemudian mereka, para abg-abg tersebut melakukan uji coba
setelah menonton dari hp mereka
6.
Pemberitaan di/pada media massa, sinetron, film tv, bioskop, dan
sejenisnya. Ini juga tak selamanya benar atau mungkin saja salah besar. Saya
ko’ belum menemukan bintang ftv, sinetron, dan sejenisnya, ketika smp telah
hamil; atau sudah ada , tapi ku tak tahu
7.
Pergaulan - gaya pergaulan metropolitan. Banyak orang juga
mengatakan bahwa gaya pergaulan metropolitan (yang mereka lihat di media,
misalnya gegap gempita Jakarta di TV), juga sebagai salah satu sumbangan
pergaulan bebas. Tapi, ko’ belum ada berita abg Jakarta yang dilarang ujian
karena hamil; atau memang telah ada, namun ku tak tahu
8.
….
9.
dan seterusnya … silahkan anda isi
0 komentar:
Posting Komentar