Rabu, 01 Mei 2013 | |

Teori Dasar Para Filosof Islam di Dunia Timur

Sumbangan terbesar dibidang keilmuawan filsafat sangatlah besar, hal ini terlihat dari beberapa pemikiran yang dilontarkan oleh para filosof Islam di Dunia Timur. Diantaranya adalah  terjemahan kitab-kitab filsafat Yunani maupun India kedalam bahasa Arab. Dari berbagai tulisan tampak bahwa corak pemikirannya bersifat eklektik, yakni memadukan berbagai aliran pemikiran yang beragam. Sumbangan dalam bidang filsafat dan teologi ini sebenarnya adalah keberaniannya untuk mengasimilasi berbagai konsep-konsep dan metode-metode pengetahuan yang selama ini dianggap asing dan enggan dikaji oleh tokoh agama pada masanya kedalam bangun pengetahuan Islam. Jadi, pada tingkatan tertentu ia telah mengawali suatu usaha mempertemukan antara filsafat dan agama. Baginya, “Filsuf adalah orang yang berupaya memperoleh kebenaran dan hidup mengamalkan kebenaran yang diperolehnya, yaitu orang yang hidup menjunjung tinggi nilai keadilan atau hidup adil.” Jadi, filsafat baginya mencakup teori sekaligus praktek.
Di bidang metafisika atau filsafat-pertama, pemikiran para filosof Islam di Dunia Timur tentang Kebenaran Pertama (First Verum atau al-Haq al-Awwal), yaitu Tuhan Pencipta alam semesta yang dibuktikannya melalui penalaran filosofis menjadi Sebab Pertama (first causa) bagi tiap-tiap kebenaran yang ada. Hakikat ilahiah Allah memustahilkan manusia untuk memahami-Nya sepenuhnya. Tuhan dijelaskannya sebagai keesaan mutlak, yang bersifat azali dalam dzat dan sifatnya, tidak berjisim, tidak bergerak tapi menggerakkan bukan benda, bukan bentuk (form), bukan pula kejadian. dan tidak dapat tersifati dengan sebenarnya oleh kemampuan pikiran manusia. Orientasi pemikirannya dalam hal ini tampaknya berusaha untuk memurnikan keesaan Tuhan dari arti banyak.
Para Filosof Dunia Islam Bagian Timur
Banyak di kalangan muslim para teolog yang kaya dengan wawasan ilmu dan filsafat. Para ilmuwan yang lebih berkonsentrasi dengan ilmu tertentu, dan para filosofi yang selain menekuni berbagai bidang ilmu juga filsafat, para filosofi muslim yang dibicarakan disini adalah al-Kindi, al-Farabi, al-Razi, Ikwan al-Safa, Ibnu Maskwaih, Ibnu Sina, Al-Gazali. Berikut biografi dan beberapa pokok pikiran mereka:
1.      Al-Kindi
Nama lengkapnya Abu Yusuf, Ya’kub Ibnu Ishak al-Sabban, Ibnu Imron Ibnu al-Asha’ath, ibnu Kays, Al-Kindi, beliau bisa disebut Ya’kub, lahir pada tahun 185 H, tentang filsafat al-KIndi memandang bahwa filsfat haruslah diterima sebagai bagian dari peradaban Islam, karena kedudukan filsafat penting. Tentang alam Al-Kindi mengatakan bahwa alam ini adalah illat-Nya. Alam itu tidak mempunyai asal. Kemudian menjadi ada karena diciptakan, mengenai Tuhan al-Kindi mengatakan bahwa Tuhan adalah wujud yang hak (benar).
2.      Al-Farabi
Abu Nashr Muhammad al-Farabi lahir di Wasir, suatu desa di farab, khurasan, pada tahun 257 H (870 M). ia berasal dari Turki dan orang tuanya adalah seorang jendral. Menurut al-Farabi filsafat mencakup matematika, dan matematika bercabang pada ilmu-ilmu lain, sebagian ilmu itu berlanjut pada metafisika, mengenai Tuhan ia mengatakan bahwa Tuhan adalah wujud yang sempurna, ada tanpa suatu sebab kalauada sebab baginya,[1] maka adanya Tuhan tidak sempurna lagi. Tentang penciptaan alam al-farabi cenderung memahami bahwa alam tercipta melalui emanasi,
3.      AL-razi.
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria al-Razi, hidup pada 250 – 313 H / 864 – 925 M. ia lahir, dewas, dan wafat di Ray, dekat teneran Persia, tentang pemikirannya al-Razi membahas maslah metafisika, yaitu tentang lima prinsip kekal. Yaitu, Tuhan, Jiwa Universal, Materi Pertama, Ruang Absolut, dan Zaman Absolut. Tentang Tuhan ia mengatakan Tuhan menciptakan manusia dengan substansi ketuhanan-Nya.
4.      Ikhwan Al-Safa
Setelah wafatnya al-Farabi, muncullah kalangan kelompok muslim yang menamai diri mereka dengan nama ikhwan al-safa, yang berarti saudara-saudara (yang mementingkan) kesucian (batin atau jiwa), mereka berhasil menghasilkan karya ensiklopedis tentang ilmu pengetahuan dan filsafat yang dikenal dengan judul “Rasail Ikhwan al-Safa”. Identitas pemuka mereka tidak terang karena mereka bersama anggota mereka memang merahasiakan diri, ikhwan al-Safa membagi pengetahuan menjadi tiga kelompok yaitu: Pengetahuan adab/sastra, pengetahuan syari’ah, pengetahuan filafat. Dan filsafat terbagi menjadi empat bagian yaitu: pengetahuan matematika, logika, fisika, dan pengetahuan ilahiah/metafisika. Filsafat mempunyai tiga taraf. (1) taraf permulaan, (2) taraf pertengahan, (3) taraf akhir.[2]
5.      Ibnu Maskawaih
Ibnu Maskawaih dilahirkan di Ray, nama lengkapnya abu Ali Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Maskawaih, ia belajar dan mematangkan pengetahuannya di Baghdad, untuk membuktikan adanya tuhan ibnu maskawaih mengatakan pembukaan Tuhan dengan pengenalan, tidak melalui rasio, tentang jiwa dan akhlak dalam mukadimah karya tulisnya “Tahzib al-Aklak” ia mengatakan bahwa tujuan untuk menulis itu agar kita berhasil membangun bagi jiwa-jiwa kitasuatu akhlak. Dengan akhlak itu muncul perbuatan yang indah.
6.      Ibnu Sina
Ar-Rais al-Husain bin Abdullah bin Ali Al-Hamadi, dilahirkan pada tahun 980 M disebuah desa bernama afshanah.[3] Ibnu Sina adlah filosof dan ahli kedokteran muslim paling populer sampai saat ini sebagai metafisikus Islam ibnu sina berpendapat bahwa antara jiwa dan badan memiliki perbedaan. Ibnu Sina berpendapat bahwa jiwaadalah wujud raham, ia juga membagi tiga macam jiwa di bumi yaitu (1) jiwatumbuh-tumbuhan, (2) jiwa binatang, (3) jiwa manusia.
7.      Al-Ghazali
Al-Gazali hdu dari tahun 450 H / 105 M sampai tahun 505 H / 1111 M. ia lahir di desa Gazaleh dekat tus, di Baghdad ia berupaya memahami filsafat dan ia pun menunjukkan pemahamannya tentang menulis buku, “Maqasid al-Falasifah”ia lahir di desa Gazaleh dekat tus, di Baghdad ia berupaya memahami filsafat dan ia pun menunjukkan pemahamannya tentang menulis buku, “Maqasid al-Falasifah” serta kemudian menunjukkan kemampuannya mengkritik argumen-argumen kaum filosofi. Tiga pendapat filosofi-filosof muslim yang dikufurkan al-Gazali yang tertuang dalam bukunya “tahafut al-Falasifah”, yakni pendapat bahwa alam itu azali atau qadim, pendapat bahwa Tuhan tidak mengetahui juz’iyyat, lalu ia juga mengkufurkan paham yang mengingkari adanya kebangkitan tubuh di akhirat.

0 komentar:

Posting Komentar