Kamis, 18 Oktober 2012 | | 0 komentar

Kejujuran dan Integritas

Makna Kejujuran

Jujurlah terhadap diri Anda sendiri, orang lain, serta Allah setiap saat. Menjadi jujur berarti memilih untuk tidak berbohong, mencuri, berbuat curang, atau menipu dalam segala cara. Sewaktu Anda jujur, Anda membangun kekuatan karakter yang akan memungkinkan Anda untuk melakukan pelayanan yang besar kepada Allah dan sesama. Anda akan diberkati dengan kedamaian pikiran serta harga diri. Anda akan dipercaya oleh Allah  dan akan menjadi layak untuk memasuki surga-Nya.
Ketidakjujuran menyakiti Anda serta menyakiti orang lain juga. Jika Anda berbohong, mencuri, mengutil, atau menipu, Anda merusak diri Anda dan juga hubungan Anda dengan orang lain. Menjadi jujur akan mempertinggi kesempatan masa depan Anda serta kemampuan Anda untuk dibimbing oleh Allah. Jujurlah di sekolah; pilihlah untuk tidak berbuat curang dalam cara apa pun. Jujurlah dalam pekerjaan Anda, dengan memberikan waktu kerja penuh untuk gaji Anda. Janganlah merasionalisasi bahwa ketidakjujuran dapat diterima, meskipun orang lain mungkin berpikir itu bukanlah masalah.

| | 0 komentar

Kekuatan Remaja

Kerja dan Kemandirian 
Janganlah engkau membuang waktumu, janganlah juga engkau mengubur talentamu.

Bekerja adalah terhormat. Mengembangkan kapasitas untuk bekerja akan membantu Anda berkontribusi terhadap dunia di mana Anda tinggal. Itu akan memberi Anda bertambahnya rasa harga diri. Itu akan memberkati Anda dan keluarga Anda, baik sekarang maupun di masa datang.
Belajar untuk bekerja dimulai di rumah. Bantulah keluarga Anda dengan secara sukarela berperan serta dalam pekerjaan yang diperlukan untuk memelihara rumah. Belajarlah sejak dini untuk mengatur uang Anda secara bijaksana dan hiduplah sesuai dengan penghasilan Anda. Ikutilah ajaran-ajaran para nabi dengan membayar persepuluhan, menghindari utang, serta menabung untuk masa depan.
Tentukanlah gol yang tinggi bagi diri Anda sendiri, dan bersedia bekerja keras untuk menggapainya. Kembangkanlah disiplin diri, dan dapat diandalkan. Lakukan yang terbaik dalam pemanggilan Gereja Anda, pekerjaan sekolah, pekerjaan, serta pengejaran yang pantas lainnya. Para remaja putra hendaknya bersedia untuk melakukan apa yang perlu dipersiapkan untuk melayani misi penuh-waktu. Bapa Surgawi telah memberi Anda karunia dan bakat serta mengetahui apa yang mampu Anda raih. Carilah bantuan serta bimbingan-Nya ketika Anda bekerja untuk mencapai gol-gol Anda.
Tuhan telah memerintahkan kepada kita untuk tidak menjadi malas. Kemalasan dapat menuntun pada perilaku yang tidak pantas, kerusakan hubungan, serta dosa. Satu bentuk kemalasan adalah menghabiskan sejumlah waktu secara berlebihan dalam kegiatan yang menjauhkan Anda dari kerja produktif, seperti menggunakan Internet, bermain video games, serta menonton televisi.
Jangan membuang waktu dan uang Anda dalam perjudian. Perjudian adalah salah dan hendaknya tidak digunakan sebagai suatu bentuk hiburan. Itu mencandukan serta menuntun kepada hilangnya kesempatan, menghancurkan kehidupan, dan merusak keluarga. Adalah keliru untuk memercayai bahwa Anda dapat memperoleh sesuatu tanpa apa pun.

Senin, 15 Oktober 2012 | | 0 komentar

Perkembangan Rasa Beragama pada Remaja

Pendahuluan

Darimana rasa agama pada remaja muncul? Ide-ide agama, dasar-dasar keyakinan dan pokok-pokok ajaran agama pada dasarnya telah diterima oleh seorang anak pada masa anak-anak. Apa yang telah diterima dan tumbuh dari kecil itulah yang menjadi keyakinan individu pada masa remaja melalui pengalaman-pengalaman yang dirasakannya (Zakiyyah Darajat, 2003: 85-85). Latar belakang kehidupan keagamaan remaja dan ajaran agamanya berkenaan dengan hakekat dan nasib manusia, memainkan peranan penting dalam menentukan konsepnya tentang apa dan siapa dia, dan akan menjadi apa dia.
 Agama, seperti yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, terdiri atas suatu sistem tentang keyakinan-keyakinan, sikap-sikap dan praktek-praktek yang kita anut, pada umumnya berpusat sekitar pemujaan. Dari sudut pandangan individu yang beragama, agama adalah sesuatu yang menjadi urusan terakhir baginya. Artinya bagi kebanyakan orang, agama merupakan jawaban terhadap kehausannya akan kepastian, jaminan, dan keyakinan tempat mereka melekatkan dirinya dan untuk menopang harapan-harapannya. Dari sudut pandangan sosial, seseorang berusaha melalui agamanya untuk memasuki hubungan-hubungan bermakna dengan orang lain, mencapai komitmen yang ia pegang bersama dengan orang lain dalam ketaatan yang umum terhadapnya. Bagi kebanyakan orang, agama merupakan dasar terhadap falsafah hidupnya.
 Perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan agama ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya. Oleh karena itu meskipun pada masa awal anak-anak ia telah diajarkan agama oleh orang tua mereka, namun karena pada masa remaja mereka mengalami kemajuann dalam perkembangan kognitif, mereka mungkin mempertanyakan tentang kebenaran keyakinan agama mereka sendiri. Sehubungan dengan pengaruh perekembangan kognitif terhadap perkembangan agama selama masa remaja ini.
Dalam suatu studi yang dilakukan Goldman (1962) tentang perkembangan pemahaman agama anak-anak dan remaja dengan latar belakang teori perkembangan kognitif Piaget, ditemukan bahwa perkembangan pemahaman agama remaja berada pada tahap 3, yaitu formal operational religious thought, di mana remaja memperlihatkann pemahaman agama yang lebih abstrak dan hipotesis. Peneliti lain juga menemukan perubahan perkembangan yang sama, pada anak-anak dan remaja. Oser & Gmunder, 1991 (dalam Santrock, 1998) misalnya menemukan bahwa remaja usia sekitar 17 atau 18 tahun makin meningkat ulasannya tentang kebebasan, pemahaman, dan pengharapan konsep-konsep abstrak ketika membuat pertimbangan tentang agama.
 James Fowler (1976) mengajukan pandangan lain dalam perkembangan konsep religius. Indiduating-reflexive faith adalah tahap yang dikemukakan Fawler, muncul pada masa remaja akhir yang merupakan masa yang penting dalam perkembangan identitas keagamaan.
Untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, individu memiliki tanggung jawab penuh atas keyakinan religius mereka. Sebelumnya mereka mengandalkan semuanya pada keyakinan orang tuanya. Salah satu area dari pengaruh agama terhadap perkembangan remaja adalah kegiatan seksual.
 Tahapan Perkembangan Rasa Beragama Remaja
 Zakiah Daradjat, Starbuch, William James, sependapat bahwa pada garis besarnya perkembangan penghayatan keagamaan itu dapat di bagi dalam tiga tahapan yang secara kulitatif menunjukkan karakteristik yang berbeda.
 Adapun penghayatan keagamaan remaja adalah sebagai berikut:
 1. Masa awal remaja (12-18 tahun) dapat dibagi ke dalam dua sub tahapan sebagai berikut: Pertama; Sikap negative (meskipun tidak selalu terang-terangan) disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat kenyataan orang-orang beragama secara hipocrit (pura-pura) yang pengakuan dan ucapannya tidak selalu selaras dengan perbuatannya. Mereka meragukan agama bukan karena ingin manjadi agnostik atau atheis, melainkan karena ingin menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri. Kedua; Pandangan dalam hal ke-Tuhanannya menjadi kacau karena ia banyak membaca atau mendengar berbagai konsep dan pemikiran atau aliran paham banyak yang tidak cocok atau bertentangan satu sama lain. Ketiga; Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptic (diliputi kewas-wasan) sehingga banyak yang enggan melakukan berbagai kegiatan ritual yang selama ini dilakukannya dengan kepatuhan.
2. Masa remaja akhir yang ditandai antara lain oleh hal-hal berikyut ini: Pertama; Sikap kembali, pada umumnya, kearah positif dengan tercapainya kedewasaan intelektual, bahkan agama dapat menjadi pegangan hidupnya menjelanh dewasa. Kedua; Pandangan dalam hal ke-Tuhanan dipahamkannya dalam konteks agama yang dianut dan dipilihnya. Ketiga; Penghayatan rohaniahnya kembali tenang setelah melalui proses identifikasi dan merindu puja ia dapat membedakan antara agama sebagai doktrin atau ajaran dan manusia penganutnya, yang baik shalih) dari yang tidak. Ia juga memahami bahwa terdapat berbagai aliran paham dan jenis keagamaan yang penuh toleransi seyogyanya diterima sebagai kenyataan yang hidup didunia ini.
 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Rasa Beragama Remaja
Menurut W. Stabuck, pertumbuhan dan perkembangan agama dan tindak lanjut keagamaan remaja sangat berkaitan dengan:
 1. Pertumbuhan dan Pikiran Mental
Pertumbuhan pengertian tentang ide-ide agama sejalan dengan pertumbuhan kecerdasan (Zakiyah Darajat, 2003: 86). Menurut Peaget ”Perkembangan kognitif usia remaja bergerak dari cara berpikir yang konkrit menuju cara berpikir yang proporsional”. Berdasarkan pendapat ini, Ronald Goldman menerapkannya dalam bidang agama dengan membuat sebuha kecimpulan: “Pertumbuhan kognitif memberi kemungkinan terjadi perpindahan/transisi dari agama yang lahiriyah menuju agma yang batiniah”.
 Jadi, perkembangan kognitif memberi kemungkinan remaja untuk meninggalkan agama anak-anak yang diperoleh dari lingkungan dan mulai memikirkan konsep serta bergerak menuju agama “iman” yang sifatnya sungguh-sungguh personal (Sururin. 2004:67).
 Agama berkaitan dengan hal-hal yang abstrak seperti tentang hari akhirat, syurga, neraka, dll. Pengertian tentang hal-hal yang abstrak itu baru dapat diterima apabila pertumbuhan kecerdasan individu telah memungkinkan untuk itu.
Kapan itu terjadi? Menurut Alfred Binet “Kemampuan untuk mengerti masalah-masalah yang abstrak tidak sempurna perkembangannya sebelum mencapai usia 12 tahun. Kemungkinan untuk mengambil kesimpulan yang abstrak dari fakta-fakta yang ada baru tampak pada usia 14 tahun”.
Pada masa remaja perkembangan mental dan pemikirannya berkembang kearah berpikir logis. Apa dampaknya terhadap pandangan dan kepercayaannya pada Tuhan? Dampaknya: “Remaja tidak dapat melupakan Tuhan dari segala peristiwa yang terjadi dialam ini, sehingga segala apapun yang terjadi dialam, baik peristiwa alamiah maupun peristiwa sosial dilimpahkan tanggungjawabnya kepada Tuhan”. Misalnya:
 a. Ketika remaja melihat adanya kekacauan, kerusuhan, ketidakadilan dalam masyarakat, maka mereka akan merasa kecewa terhadap Tuhan, padahal Tuhan Maha Kuasa.
b. Sebaliknya, ketika remaja melihat keindahan alam, keharmonisan dalam segala sesuatu, maka mereka akan menjadi yakin kepada Tuhan, bahwa Tuhan Maha Bijaksana.
Apa dampak dari perkembangan mental/kecerdasarn pada masa remaja terhadap agama?
a. Ide dan dasar keyakinan yang diterima remaja dari masa kanak-kanak sudah tidak begitu menarik lagi.
b. Remaja sudah mulai kritis terhadap ajaran agama, dengan cara dapat menolak saran-saran yang tidak dapat dimengertinya atau mengkritik pendapat-pendapat yang berlawanan dengan kesimpulan yang diambilnya.
c. Remaja menjadi bimbang beragama (efek kecerdasan).
d. Remaja menerima ide-ide atau pengertian-pengartian yang abstrak dari tanpa pengertian menjadi menerima dengan penganalisaan.
Apakah dengan perkembangan mental/kecerdasan itu akan mengantarkan remaja kepada bimbang beragama? Belum tentu. Jika:
a. Bimbang beragama: jika anak/remaja mendapat pendidikan agama dengan cara yang memungkinkan mereka untuk berpikir bebas dan boleh mengkritik hal yang berkaitan dengan agama.
b. Tidak bimbang beragama: jika anak/remaja mendapat pendidikan agama dengan cara yang tidak memungkinkan mereka untuk berpikir bebas dan boleh mengkritik hal yang berkaitan dengan agama
 2. Perasaaan Beragama
Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Kondisi ini menyebabkan terjadinya perubahan emosi yang begitu cepat dalam diri remaja. Ketidakstabilan perasaan remaja kepada Tuhan/Agama.
 Misalnya: Kebutuhan remaja akan Allah kadang-kadang tidak terasa ketika remaja dalam keadaan tenang, aman, dan tentram. Sebaliknya Allah sangat dibutuhkan apabila remaja dalam keadaan gelisah, ketika ada ancaman, takut akan kegelapan, ketika merasa berdosa.
 Jadi: gelombang kuatnya rasa agama bagi remaja adalah merupakan usaha-usaha remaja untuk menenangkan kegoncangan jiwa yang sewaktu-waktu muncul. Remaja akan melakukan kegiatan beragama pada saat ingin mengurangkan kesedihan, ketakutan, dan rasa penyesalan.
 Kesimpulan: Perasaan remaja pada agama adalah ambivalensi. Kadang-kadang sangat cinta dan percaya pada Tuhan, tetapi sering pula berubah menjadi acuh tak acuh dan menentang (Zakiyah Darajat, 2003:96-96 dan Sururin, 2002:70).
3. Pertimbangan Sosial
Dalam kehidupan keagamaan, remaja cenderung dihadapkan pada konflik antara pertimbangan moral dan materil. Terhadap konflik ini remaja cenderung bingung untuk menentukan pilihan. Kondisi ini menyebabkan remaja menjadi cenderung pada pertimbangan lingkungan sosialnya.
 a. Jika remaja hidup dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih me-mentingkan kehidupan duniawi/materialitas, maka remaja akan menjadi cenderung jiwanya untuk menjadi materialistis dan jauh dari agama.
b. Sebaliknya, jika remaja hidup dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih mementingkan kehidupan yang religious/moralis, maka remaja akan cenderung jiwanya untuk menjadi religious/moralis (Jalaluddin, 2002:75).
4. Perkembangan Moral
Pertumbuhan dan perkembangan moral terjadi melalui pengalaman-pengalaman dan pembiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua. Perkembangannya baru dapat dikatakan mencapai kematangan pada usia remaja (Zakiyah Darajat, 2003: 97).
Pada masa remaja perkembangan moral bertitik tolak dari rasa bersalah dan usaha untuk mencari proteksi. Pada masa remaja Tuhan lebih menonjol sebagai penolong moral. Pada masa remaja, dorongan seksual bangkit dalam bentuk yang lebih jelas. Kondisi ini merupakan bahaya yang mengancam nila-nilai/norma yang dipatuhi remaja selama ini. Dari sini timbul pada diri remaja perasaan tidak berdaya dalam menghadapi dorongan yang belum diketahui dalam hidupnya dulu. Untuk mengatasi dorongan-dorongan naluri itu disatu sisi dan disisi lain adanya keinginan untuk mengurangkan hubungannya dengan orangtuanya dalam menghadapi kenyataan hidup menyebabkan remaja berusaha mencari pertolongan Allah (Zakiyah Darajat, 2003:100).
Bagaimana tipe moral remaja berkaitan dengan jaran agama?
a. Self-Directive: taat pada agama berdasarkan pertimbangn pribadi.
b. Submissive: Remaja merasakan adanya keraguan terhadap ajaran agama/ moral. Menurut analisis yang dilakukan W.Starbuck, keraguan itu disebabkan oleh factor:
 1) Kepribadian
Tipe kepribadian dan jenis kelamin, bisa menyebabkan remaja melakukan salah tafsir terhadap ajaran agama.
a) Bagi individu yang memiliki kepribadian yang introvert, ketika mereka mendapatkan kegagalan dalam mendapatkan pertolongan Tuhan, maka akan menyebabkan mereka salah tafsir terhadap sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayangnya Tuhan. Misalnya: Ketika berdoa’a tidak terkabul, maka mereka akan menjadi ragu akan kebenaran sifat Tuhan yang Maha Pengasih dan Pnyayang Tuhan tersebut. Kondisi ini akan sangat membekas pada remaja yang introvert walau sebelumnya dia taat beragama.
b) Untuk jenis kelamin. Wanita yang cepat matang akan lebih menunjukkan keraguan pada ajaran agama dibandingkan pada laki-laki cepat matang.
2) Kesalahan Organisasi Keagamaan dan Pemuka Agama
Kesalahan ini dipicu oleh “dalam kenyataannya, terdapat banyak organisasi dan aliran-aliran keagamaan”. Dalam pandangan remaja hal itu mengesankan adanya pertentangan dalam ajaran agama. Selain itu remaja juga melihat kenyataan “Tidak tanduk keagamaan para pemuka agama yang tidak sepenuhnya menuruti tuntutan agama”. Kedua kondisi ini menyebabkan remaja menjadi ragu pada ajaran agamanya.
  3) Pernyataan Kebutuhan Agama
Pada dasarnya manusia memiliki sifat konservatif (senang dengan yang sudah ada), namun disisi lain, manusia juga memiliki dorongan curiosity (dorongan ingin tahu). Kedua sifat bawaan ini merupakan kenyataan dari kebutuhan manusia yag normal. Apa yang menyebabkan pernyataan kebutuhan manusia itu berkaitan dengan munculnya keraguan pada ajaran agama? Dengan dorongan Curiosity, maka remaja akan terdorong untuk mempelajari/mengkaji ajaran agamanya. Jika dalam pengkajian itu terdapat perbedaan-perbedaan atau terdapat ketidaksejalanan dengan apa yang telah dimilikinya (konservatif) maka akan menimbulkan keraguan.
4) Kebiasaan
Remaja yang sudah terbiasa dengan suatu tradisi keagamaan yang dianutnya akan ragu untuk menerima kebenaran ajaran lain yang baru diterimanya/dilihatnya.
5) Pendidikan
Kondisi ini terjadi pada remaja yang terpelajar. Remaja yang terpelajar akan lebih kritis terhadap ajaran agamanya. Terutama yang banyak mengandung ajaran yang bersifat dogmatis. Apalagi jika mereka memiliki kemampuan untuk menafsirkan ajaran agama yang dianutnya secara lebih rasional.
6) Percampuran Antara Agama dengan Mistik
Dalam kenyataan yang ada ditengah-tengah masyarakat, kadang-kadang tanpa disadari ada tindak keagamaan yang mereka lakukan ditopangi oleh mistik dan praktek kebatinan. Penyatuan unsur ini menyebabkan remaja menjadi ragu untuk menentukan antara unsur agama dengan mistik. Penyebab keraguan remaja dalam bidang agama yang dikemukakan oleh Starbuck diatas, adalah penyebab keraguan yang bersifat umum bukan yang bersifat individual. Keraguan remaja pada agama bisa juga terjadi secara individual. Keraguan yang bersifat individual ini disebabkan oleh:
(1) Kepercayaan. Yaitu: Keraguan yang menyangkut masalah ke-Tuhan-an dan implikasinya. Keraguan seperti berpeluang pada remaja agama Kristen, yaitu: tentang ke-Tuhanan yang Trinitas.
(2) Tempat Suci. Yaitu: keraguan yang menyangkut masalah pemuliaan dan pengaguman tempat-tempat suci.
(3) Alat Perlengkapan Agama. Misalnya: Fungsi Rukuh pada remaja putri
(4) Fungsi dan Tugas dalam Lembaga Keagamaan. Misalnya: Fungsi pendeta sebagai penghapus dosa
(5) Pemuka agama
(6) Perbedaan aliran dalam keagamaan
 Apa dampak keraguan tersebut?
Keraguan yang dialami remaja dalam bidang agama dapat memicu konflik dalam diri remaja. Tingkat keyakinan dan ketaatan remaja pada agama sangat dipengaruhi oleh kemampuan mereka dalam menyelesaikan keraguan dan konflik batin yang terjadi dalam dirinya.  Dalam upaya mengatasi konflik batin, para remaja cenderung untuk bergabung dalam peer groups-nya dalam rangka berbagi rasa dan pengalaman. Kondisi inipun akan mempengaruhi keyakinan dan ketaatan remaja pada agama (Jalaluddin, 2002:78-81)
 c. Un adjusted: Remaja belum meyakini akan kebnaran ajaran agama/moral.
d. Deviant: remaja menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanam moral masyarakat (Jalaluddin, 2002:76).
 Fungsi Agama bagi Remaja
Bahkan, sebagaiman dijelaskan oleh Adams & Gullotta (1983), agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya.
Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada di dunia ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya. Dibandingkan dengan masa awal anak-anak misalnya, keyakinan agama remaja telah mengalami perkembangan yang cukup berarti. Kalau pada masa awal anak-anak ketika mereka baru memiliki kemampuan berpikir simbolik. Tuhan dibayangkan sebagai person yang berada diawan, maka pada masa remaja mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi.

*) Tulisan ini disadur dari beberapa sumber

Kamis, 11 Oktober 2012 | | 0 komentar

Generasi Yang Hilang


Sebagai kelompok subordinatif dari kelompok atau kalangan yang lebih superior, anak jalanan berada pada posisi yang memerlukan perhatian semua pihak, tak kercuali masyarakat umum. Sementara itu pada saat bersamaan, mereka seolah kaum yang termarginalkan hanya merusak jalanan.
Meningkatnya populasi anak terlantar jalanan daritahun ke tahun, mengisyaratkan bahwa perhatian terhadap mereka tidak kunjung nyata. Mereka seperti ditakdirkan untuk menderita dan menanggung kemasgulan demi kemasgulan dari kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dan sunyi dari perhatian komponen masyarakat.

Pertanyaan mendasar yang dikemukan oleh WordPress.com.
Siapa Yang Bertanggungjawab Atas kehidupan Mereka ?
Konsep Dan Langkah Seperti Apakah Yang Tepat Bagi Mereka ?

Dan pernyataan lain dari para blogger mengatakan:
Kunci pertama untuk mengurangi jumlah anak jalanan adalah menumbuhkan iman & taqwa, rasa percaya diri, motivasi utk kerja keras dan anti-putus asa di tiap-tiap diri anak jalanan.

| | 0 komentar

Kedok Para penyerbu Emansipasi

Hal yg sungguh menyakitkan adl para musuh Islam tersebut berupaya mengaitkan seruan mereka dgn nilai-nilai Islam. Mereka berargumentasi bahwa pada zaman Rasulullah kaum hawa juga ikut keluar berjihad menyertai beliau.

Untuk membantah apa yg mereka katakan dan inginkan lewat argunentasi di atas hendaknya kita memandang beberapa hal berikut ini

Pertama pada zaman kegemilangan itu kepergian wanita ke medan perang bukan suatu faktor kekuatan penting. Di samping keikutsertaan mereka di dalam berperang adl atas nama pribadi tidak atas nama kelompok.

Kedua para wanita itu tidak ikut serta keluar ke medan jihad kecuali dgn izin Rasulullah dan atas desakan dari mereka sendiri.

Ketiga keperanan wanita di medan perang disesuaikan dgn kodrat kewanitaannya. Mereka tidak ikut latihan berkuda sebagaimana yg dilakukan kaum lelaki juga tidak bersenjatakan pedang atau perisai. Kecuali krn situasi yg sangat mendesak dan gawat seperti yg dilakukan oleh Nusaibah binti Ka’b yg membela Rasulullah dgn pedangnya pada perang Uhud juga sahabat wanita yg lain seperti Rumaisha’ yg dgn golok merobek perut tiap kaum musyrikin yg melewatinya.

Rabu, 10 Oktober 2012 | | 0 komentar

Minang Saisuak

IBRAHIM DATUAK SANGGUNO DIRAJO

mungkin sebuah nama yang tak asing lagi bagi para pencinta kebudayaan Minangkabau. Namnya menjadi tenar berkat karya-karya tulisnya di bidang adat dan budaya Minangkabau. Dua bukunya, Kitab Tjoerai Paparan ‘Adat Lembaga ‘Alam Minangkabau (Fort de Kock: Agam, 1919) dan Moestiko ‘Adat ’Alam Minangkabau (Weltevreden: Balai Poestaka, 1920 [seri no. 277]) telah dicetak berulang kali.


Bukunya yang lain: Hikajat Tjindoer Mata (Fort de Kock: Merapi, 1923), Kitab Peratoeran Hoekoem ‘Adat Minangkabau (Fort de Kock: Lie, 1924), Kitab Soal Djawab tantangan ‘Adat Minangkabau (Beladjar ‘Adat dengan Tidak Bergoeroe) (Fort de Kock: Lie, 1927) dan Papatah Minangkabau (Fort de Kock: Merapi, 1928). Beliau menerbitkan pula satu berkala yang berjudul Koempoelan ‘Adat Minangkabau (edisi 1, 27 Mei 1935).

| | 0 komentar

Biografi Tokoh Minang Kabau

Mohammad Hatta

H. Mohammad Hatta (populer sebagai Bung Hatta, lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902 – meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun) adalah pejuang, negarawan, dan juga Wakil Presiden Indonesia
yang pertama. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia.



Hatta lahir dari keluarga ulama Minangkabau, Sumatera Barat. Ia menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu, Bukittinggi, dan pada tahun 1913-1916 melanjutkan studinya ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang. Saat usia 13 tahun, sebenarnya ia telah lulus ujian masuk ke HBS (setingkat SMA) di Batavia (kini Jakarta), namun ibunya menginginkan Hatta agar tetap di Padang dahulu, mengingat usianya yang masih muda. Akhirnya Bung Hatta melanjutkan studi ke MULO di Padang. Baru pada tahun 1919 ia pergi ke Batavia untuk studi di Sekolah Tinggi Dagang "Prins Hendrik School". Ia menyelesaikan studinya dengan hasil sangat baik, dan pada tahun 1921, Bung Hatta pergi ke Rotterdam, Belanda untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di Nederland Handelshogeschool (bahasa inggris: Rotterdam School of Commerce, kini menjadi Universitas Erasmus). Di Belanda, ia kemudian tinggal selama 11 tahun.



Selasa, 09 Oktober 2012 | | 0 komentar

Makna Kehidupan



Apa yang anda dapatkan saat ini, mungkin adalah apa yang anda pernah impikan di masa lalu. Seseorang yang memiliki ambisi dalam hidupnya, lebih baik daripada tidak sama sekali. Roda berputar memang benar, kadang seseorang berada di puncak kejayaannya, mungkin juga suatu saat ia akan jatuh.

Tetapi hidup tidak semudah setelah anda terjatuh lalu bangkit dengan sendirinya. Bayi lahir pun harus merangkak dahulu sebelum ia bisa berlari. Apa yang kita tanam saat ini, itulah yang akan anda tuai nantinya.

Ketika kehidupan ini begitu sulit, apa yang harus kita lakukan ketika uang pun kita tak punya. Kisah ini berawal dari seorang ibu yang menahan sakitnya demi anak yang ia cintai. Anaknya berumur 16 Tahun dan masih harus melanjutkan sekolahnya. Sang anak berjanji, kelak setelah ia lulus dari sekolahnya, ia akan mendapatkan pekerjaan yang layak untuk menggantikan sang ibu mencari nafkah. Ibunya yang hanya seorang buruh pabrik merasa bahagia mendengar ucapan sang anak dan mengamininya. Sang ibu merupakan orangtua tunggal yang telah berpisah dengan suaminya sejak sang anak berumur 4 Tahun. Ketika anak-anak yang lain memanggil-manggil ayahnya dan mengajak sang ayah bermain, malangnya anak ini, ia hanya menunggu sang ibu pulang bekerja setiap harinya. Sejak berumur 4 tahun, sang anak hanya dirawat oleh sang nenek yang sudah tua renta sampai ia berumur 10 tahun dan mulai terbiasa melakukan semua hal sendiri.

Tiba suatu saat penyakit sang ibu tak dapat lagi ditutupi dikarenakan pembengkakan pada payudaranya semakin membesar. Tapi masih dengan kasih sayang sang ibu, dia mengatakan “ tidak apa-apa, ini akan baik-baik saja, kau pergilah ke sekolahmu”. Namun, semakin lama dan semakin lama, penyakit ini sungguh membuatnya merasakan kesakitan yang luar biasa hingga akhirnya sang ibu pun memberanikan diri untuk memeriksakan diri ke puskesmas terdekat. Tak lama vonis dokter menyatakan bahwa ini adalah Tumor payudara dan harus segera di operasi.

Uang darimana ? Anak saya masih harus sekolah, biaya operasi begitu besar. Dan rumah yang saya sewa ini pun harus segera diperpanjang masa kontraknya, gumam sang ibu dalam hati.

Namun Tuhan tidak diam. Dia maha tahu. Dan apa yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin.

Sang ibu pun akhirnya mendapatkan biaya operasi gratis dengan bantuan dari pemerintah setempat. Sang anak yang semula akan memutuskan sekolahnya, mendapat keringanan biaya sekolah karena prestasinya. Dan rumah yang harus ia perpanjang kontraknya, lambat laun terlunasi dengan baik.

“Asalkan penyakitku ini bisa sembuh, aku masih bisa melihat putriku tumbuh menjadi orang yang sukses”

Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan kita alami di masa mendatang dan apa yang akan Tuhan berikan kepada kita sebagai pertolongan kepada umatnya.

Jadi, apapun yang kita lakukan, selama itu adalah hal baik maka akan berbuah kebaikan pula nantinya.

| | 0 komentar

Remaja hari ini adalah pemimpin hari esok


Seperti yang diungkapkan dalam pepatah minang "kara katau madang di ulu baputiak babungo balun, marantau bujang daolu dikampuang baguno  balun" ungkapan itu secara tidak langsung memotivasi  remja untuk berkipra mencari sesuatu, yang suatu saat nanti mereka bisa untuk  memimpin dirinya serta kampung halaman bahkan bansa dan negara.

namun saat ini permasalah yang muncul bagi remaja adalah tidak di biarkan mereka itu mandiri atau sikap manja yang berlebihan yang di berikan orang tua,yang membuat mereka tidak bisa menentukan sikap dan slalu tergantung  pada orang lain.