Minggu, 30 Desember 2012 | Diposting oleh Unknown di 10.33 | 0 komentar
KEHANCURAN BUMI TAHUN 2053? (TUBRUKAN DENGAN PLANET)
Jumat, 14 Desember 2012 | Diposting oleh Unknown di 04.37 | 0 komentar
Universitas sebagai Inkubator Moral Pemimpin Masa Depan
Berikan aku seribu orang tua, maka akan kucabut merapi dari akarnya. Dan berikan aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia. – Ir. Soekarno
KALIMAT dari Presiden Indonesia pertama tersebut
mungkin sudah terlalu sering disebutkan dalam berbagai tulisan maupun
acara-acara bertema kepemudaan. Karena terlalu seringnya tersebut, bisa
jadi semua pihak telah setuju bahwa kalimat tersebut menunjukkan betapa
pada dasarnya pemuda berpotensi sangat besar bukan hanya untuk
mempengaruhi diri dan lingkungannya, bahkan juga memberikan pengaruh
besar pada dunia. Sayangnya kalimat sakti itu justru terlalu melenakan,
mengaburkan kenyataan bahwa saat ini pemuda kita, pemuda Indonesia,
sesungguhnya sedang berada pada titik kritis dininabobokan oleh anggapan
bahwa pemuda bisa dengan mudah “mengguncang dunia”. Tetapi jangankan
untuk mengguncang dunia, mempertahankan dirinya sendiri saja belum
mampu. Jangankan untuk menentukan masa depan dunia, yang ada pemuda kita
tanpa sadar telah terlalu jauh terbawa arus.
Tuntutan yang muncul kepada pemuda sebagai pemimpin masa depan kemudian
tidak dapat dijawab dengan baik. Bahkan lebih dari itu, para pemuda kita
mungkin belum sadar beban berat apa yang sedang diarahkan pada mereka.
Hal yang kemudian mereka coba lakukan justru sibuk menikmati masa muda
yang “hanya sekali” dan melupakan masa depan yang dengan pasti menanti
di depan mereka. Parahnya, bukan hanya penyakit lupa kronis yang saat
ini sedang diderita oleh para pemuda kita, moral yang akan sangat mereka
butuhkan sebagai pemimpin di masa depan tidak dapat dimungkiri seolah
telah menjadi barang klise yang sama sekali tidak berharga.
Dan sayangnya, senada dengan hal itu terdapat sekelompok happy selected few
bernama mahasiswa yang hanya menambah panjang daftar calon pemimpin
masa depan yang mengkhawatirkan. Dengan akses besar yang didapatkan oleh
mahasiswa kepada ilmu pengetahuan, mahasiswa justru menjadi kelompok
pertama yang secara sadar menutup mata dari beratnya tanggung jawab
menjadi kelompok berpotensi yang dituntut menjadi bagian penting
masyarakat. Mahasiswa sesungguhnya sadar ada yang harus diperjuangkan
untuk masa depan bangsanya, tetapi ironisnya, mahasiswa tidak mau
repot-repot untuk mengusahakan kepentingan bersama tersebut.
Hedonisme, apatisme, dan anarkisme menjadi stigma baru yang bahkan
disadari oleh mahasiswa itu sendiri telah melabeli dirinya. Kelompok
pertama menjadi kelompok yang sama persis dengan pemuda pada umumnya
yang sibuk menikmati masa muda. Kelompok kedua menjadi “mahasiswa
sejati” yang dibutakan oleh orientasi prospek kerja, mencari sebanyak
mungkin celah menjadi profesional tanpa sedikit pun peduli pada masalah
sosial bangsa Indonesia. Kemudian kelompok terakhir memiliki kesadaran
penuh untuk memperjuangkan nasib bangsanya. Tetapi sayangnya kesadaran
tersebut tidak dibarengi dengan kesadaran moral untuk beretika, yang ada
justru kelompok ini diselubungi oleh euforia bahwa mahasiswa adalah
pahlawan revolusi, yang ditakuti polisi, yang ditakuti pemerintah, tapi
lupa bahwa pemerintah yang mereka jelek-jelekkan itu sekian tahun
sebelumnya adalah teladan yang saat ini menjadi dasar dari arogansinya.
Secara konseptual, mahasiswa memiliki tiga peran utama yaitu agent of change, iron stock, dan moral force.
Sayangnya ketiganya hanya menjadi simbol arogansi dan bahkan poin
terakhir menjadi sebuah ironi. Kemudian Tri Dharma Perguruan Tinggi
yaitu Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat menjadi konsep
usang yang dimaknai terlalu apa adanya. Pendidikan hanya dipahami
sekadar aktivitas mendengarkan ceramah di dalam kelas. Penelitian
mengalami pergeseran makna sehingga berorientasi materi. Dan Pengabdian
Masyarakat direalisasikan dengan community service yang memposisikan masyarakat sebagai penerima bantuan mentah tanpa kesadaran akan pentingnya community development.
Lantas jika sudah terlalu banyak pergeseran makna yang seharusnya ideal
seperti ini, dengan menggantungkan nasib sepenuhnya pada pemuda -
bahkan mahasiswa, sangat mungkin di masa depan kondisi bangsa Indonesia
tidak akan pernah lebih baik dari hari ini.
Karena itu selain sebagai ladang ilmu pengetahuan, universitas
seharusnya juga menjadi rumah pemikiran, laboratorium karya, sekaligus
miniatur kehidupan bermasyarakat. Dengan begitu tidak akan lagi anggapan
bahwa produk universitas adalah para koruptor. Selain itu mahasiswa
akan lebih mudah untuk menjadi ideal secara pemikiran, nyata dalam
berkarya, dan memiliki kepekaan tinggi terhadap kondisi sosial
kemasyarakatan. Berdasarkan kenyataan hari ini, yakni mahasiswa memiliki
moral yang cukup rapuh, universitas dapat difungsikan sebagai inkubator
yang akan menjaga kerapuhan moral tersebut dan perlahan menguatkannya
agar ketika waktunya tiba; mahasiswa dapat menjadi pemimpin dengan moral
yang cukup untuk membawa bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Proses
inkubasi itu sendiri dapat dimulai pada proses kaderisasi dan
dilanjutkan pada aktivitas politik kampus.
Proses kaderisasi penting karena menjadi turning point
perubahan seorang pemuda dari dunia sekolah ke dunia kampus yang lebih
luas. Dalam tahapan ini seharusnya tumbuh idealisme yang akan membuka
mata mahasiswa baru selebar-lebarnya mengenai realitas sosial yang
terjadi di masyarakat dan menajamkan intuisinya untuk menemukan jalan
keluar dari masalah-masalah yang ada. Selain proses pengenalan kepada
bidang spesialisasinya masing-masing, mahasiswa baru seharusnya
diberikan pemahaman mengenai peran dan fungsi sosialnya, tanggung
jawabnya kepada masyarakat, dan beban menjadi pemimpin masa depan yang
dialamatkan kepadanya.
| Diposting oleh Unknown di 04.30 | 0 komentar
Belajar dari Sosok Epistoholic
MEREKA adalah para penulis, tetapi bukan demi tujuan
eksis maupun narsis, tidak ingin tenar, apalagi terkenal. Juga bukan
karena bayaran, alias “malaikatan”. Mereka hanya menyuarakan isi hati.
Ya, mereka adalah para komunitas epistoholic.
Mungkin di antara kita masih ada yang belum mengenal istilah tersebut. Epistoholic adalah sebutan bagi orang yang kecanduan menulis di kolom surat pembaca. Di Indonesia, komunitas epistoholic ini didirikan oleh Bambang Haryanto pada 2003. Hingga sekarang, komunitas Epistoholic
Indonesia (EI) tersebar di beberapa kota; Bandung, Batang, Bojonegoro,
Jatisrono, Jombang, Kaliurang, Karanganyar, Kendal, Magelang, Malang,
Purwodadi, Salatiga, Semarang, Solo, Sragen, Yogyakarta, Wonogiri.
Bahkan, Melbourne, Australia, menjadi salah satu markas EI.
Pada dasarnya, menulis adalah salah satu tradisi ilmiah bagi civitas
akademik. Ironinya, hingga sekarang, mahasiswa yang dianggap sebagai
agen perubahan, masih terhitung minim dalam bidang tulis menulis di
media masa. Jika dicermati lebih jauh, banyak sekali media yang
menyediakan kolom-kolom khusus bagi mahasiswa. Kalaupun ada yang belum
percaya diri (PD), kolom suara pembaca bisa menjadi alternatifnya.
Mengapa surat pembaca? Ya, surat pembaca adalah salah satu kolom di
media masa tempat setiap lapisan masyarakat bebas menuliskan dan
menyampaikan unek-uneknya ke hadapan publik, mulai dari petani hingga
profesor sekali pun.
Disadari atau tidak, keberadaan kolom surat pembaca mempunyai manfaat
yang sangat besar bagi perubahan. Sebagaimana yang ditulis oleh Bambang
Haryanto (2006), menurut Emanuel Rosen dalam bukunya The Anatomy of Buzz,
mengutip hasil penelitian lembaga riset Roper Starch sejak tahun
1940-an, bahwa para penulis surat pembaca di AS tergolong sebagai the influential Americans, orang-orang Amerika yang berpengaruh (lihat di: http://episto.blogspot.com/).
Sebagai agen perubahan, tentu kita harus mampu menangkap sinyal positif
keberadaan kolom suara pembaca. Di antaranya demi kemajuan bangsa,
misalnya sebagai media publikasi, ataupun kritik sosial yang membangun.
Sayangnya, hingga kini, masih belum banyak mahasiswa yang mau
memanfaatkan kolom Surat Pembaca ini. Entah mengapa, apakah karena tidak
ada rewardnya, atau merasa remeh jika ada yang bilang, “Ah cemen,
bisanya cuma menulis di kolom surat pembaca!” Padahal, keberadaan kolom
surat pembaca bisa menjadi media efektif untuk berkontribusi, memberi
pencerahan kepada publik demi sebuah perubahan yang nyata.
Pepatah Malaysia mengatakan bahwa perilaku ayam lebih baik dibanding perilaku penyu. Pepatah negeri jiran itu berbunyi, "Jangan
jadi penyu yang bertelur ribuan butir tetapi senyap-senyap, melainkan
jadilah ayam, hanya bertelur sebutir tetapi riuhnya sekampung.”
Pepatah tersebut mengindikasikan bahwa sekecil dan sesederhana apa pun
ide kita, sudah seharusnya kita suarakan melalui media. Sebesar dan
sebagus apa pun ide kita, selama tidak dituangkan dan disuarakan melalui
media, ide tersebut hanyalah pepesan kosong belaka.
Sabtu, 10 November 2012 | Diposting oleh Unknown di 11.02 | 0 komentar
Pergaulan Jahiliyah
Dewasa ini kita hidup di era jahiliyah
materialis yang dengan segala gerakan dan adat istiadatnya telah jauh dari
tatanan syariat yang dibawa oleh Rasulullah saw. Nilai-nilai agama dan
keruhaniannya telah dicampakkan begitu saja. Akibatnya, kerusakan dan
kebobrokan moral dan etika melanda kebanyakan manusia akhir-akhir ini. Memang kita sadar bahwa zaman
jahiliyah modern ini berkembang
begitu pesat karena didukung dengan adanya
media dan perangkat penyebar informasi canggih yang setiap saat siap
menyebarkan ‘ kuman-kuman’ perusak akhlak yang mampu bergerak melebihi kecepatan
sinar dan menerobos masuk ke rumah-rumah bahkan menyelinap ke kamar-kamar tidur
melalui layar kaca (televisi). Hidup di abad dan era seperti ini -
dimana godaan nafsu dan syahwat mengepung kita dari segala penjuru dan
pergaulan bebas meliputi anak mudanya – sungguh tidak mudah. Diperlukan adanya
ketahanan diri dan kekuatan iman serta keyakinan bahwa diri kita pasti akan
dimintai pertanggung jawaban kelak oleh Allah Ta’ ala terhadap semua yang kita
lakukan.
Kita sangat butuh dengan keberadaan para penyeru kebaikan, para da’ I
dan ulama’ yang dengan fatwa serta pendidikannya akan mengarahkan dan
meluruskan jalan kehidupan kita. Kita harus selalu waspada, sebab akhir-akhir
ini banyak para penyeru kebathilan (Ulama Su’ / Ulama yang buruk) berdiri
dimana-mana untuk mencampakkan kita ke jurang kehinaan dan kesengsaraan. Kita
harus pandai memilih dan memilah, mana figur yang harus kita ikuti dan
teladani, tidak asal cinta dan fanatik. Maka daripada itu diperlukan aturan
dan undang-undang yang mampu menata kehidupan manusia dalam bergaul dan
bermasyarakat. Apa saja yang hendaknya kita jalankan untuk mendapatkan kawan
yang baik, yang mampu membawa kita ke jalan yang penuh hidayah. Sebab kalau
kita tidak mau berhati-hati dalam bergaul, maka kehinaan dan penyesalan di
ambang pintu. Berapa banyak orang binasa karena teman. Dan berapa banyak orang
hancur hidupnya juga karena pergaulan dengan kawan yang rusak. Kita sendiri telah menyaksikan
bagaimana kerusakan pergaulan modern pada zaman ini. Berapa banyak wanita harus
menutup-nutupi rasa malunya karena ‘ kecelakaan’ dengan laki-laki yang bejat.
Berapa banyak pula pemuda harus menghabiskan masa mudanya di terali besi karena
terjerembab dalam kriminalitas. Dan berapa banyak anak-anak bayi tidak berdosa
terlahirkan tidak mempunyai ayah dan tidak mengetahui siapa ayah mereka. Semua
karena kebejatan si wanita dan
laki-laki yang terjatuh dalam pergaulan bebas. Inilah yang diinginkan oleh syaitan,
musuh kita. Mereka selalu berusaha menjatuhkan kehormatan dan kemuliaan manusia
lewat kemaksiatan dan kemungkaran. Mereka senantiasa mencari kawannya kelak di
neraka. Alangkah rugi orang yang berjalan di belakang iblis dan anteknya.
Alangkah sengsara orang yang tunduk kepada mereka. Al Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad
RA
dalam kitabnya ‘ An Nashoih Ad Diniyyah Wal Washoya Al Imaniyyah’ telah
menyebutkan bagaimana etika kita bergaul dan berkawan. Agar perkawanan
dan
pertalian cinta tersebut dapat mengantarnya pada kebahagiaan dunia akhirat,
beliau berkata : “Jangan sekali-kali kamu mencintai dan
bersahabat dengan selain orang-orang yang bertakwa kepada Allah, jangan pula
mengawani selain orang yang berilmu dan zuhud di dunia. Sebab seseorang akan dikumpulkan
bersama orang yang dicintainya
di dunia dan akhirat”. Dalam satu riwayat, Rasulullah SAW
bersabda (yang artinya): “Seseorang itu dinilai dengan siapa
dia berkawan. Dan seseorang itu tergantung pada agama kawannya, maka hendaknya
kalian melihat siapa yang hendak dijadikan kawan”. Dalam hadits yang lain beliau SAW
bersabda (yang artinya): “Kawan yang baik (sholeh) lebih baik
daripada menyendiri dan menyendiri lebih baik (selamat) daripada kawan yang
buruk (jahat)”
Kamis, 18 Oktober 2012 | Diposting oleh Unknown di 23.50 | 0 komentar
Kejujuran dan Integritas
| Diposting oleh Unknown di 23.32 | 0 komentar
Kekuatan Remaja
Senin, 15 Oktober 2012 | Diposting oleh Unknown di 08.59 | 0 komentar
Perkembangan Rasa Beragama pada Remaja
Pendahuluan
Kamis, 11 Oktober 2012 | Diposting oleh Unknown di 09.49 | 0 komentar
Generasi Yang Hilang
Sebagai kelompok subordinatif dari kelompok atau kalangan yang lebih superior, anak jalanan berada pada posisi yang memerlukan perhatian semua pihak, tak kercuali masyarakat umum. Sementara itu pada saat bersamaan, mereka seolah kaum yang termarginalkan hanya merusak jalanan.
Meningkatnya populasi anak terlantar jalanan daritahun ke tahun, mengisyaratkan bahwa perhatian terhadap mereka tidak kunjung nyata. Mereka seperti ditakdirkan untuk menderita dan menanggung kemasgulan demi kemasgulan dari kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dan sunyi dari perhatian komponen masyarakat.
Pertanyaan mendasar yang dikemukan oleh WordPress.com.
Siapa Yang Bertanggungjawab Atas kehidupan Mereka ?
Konsep Dan Langkah Seperti Apakah Yang Tepat Bagi Mereka ?
Dan pernyataan lain dari para blogger mengatakan:
Kunci pertama untuk mengurangi jumlah anak jalanan adalah menumbuhkan iman & taqwa, rasa percaya diri, motivasi utk kerja keras dan anti-putus asa di tiap-tiap diri anak jalanan.
| Diposting oleh Unknown di 07.48 | 0 komentar
Kedok Para penyerbu Emansipasi
Hal
yg sungguh menyakitkan adl para musuh Islam tersebut berupaya
mengaitkan seruan mereka dgn nilai-nilai Islam. Mereka berargumentasi
bahwa pada zaman Rasulullah kaum hawa juga ikut keluar berjihad
menyertai beliau.
Untuk membantah apa yg mereka katakan dan inginkan lewat argunentasi di atas hendaknya kita memandang beberapa hal berikut ini
Pertama pada zaman kegemilangan itu kepergian wanita ke medan perang
bukan suatu faktor kekuatan penting. Di samping keikutsertaan mereka di
dalam berperang adl atas nama pribadi tidak atas nama kelompok.
Kedua para wanita itu tidak ikut serta keluar ke medan jihad kecuali dgn izin Rasulullah dan atas desakan dari mereka sendiri.
Ketiga keperanan wanita di medan perang disesuaikan dgn kodrat
kewanitaannya. Mereka tidak ikut latihan berkuda sebagaimana yg
dilakukan kaum lelaki juga tidak bersenjatakan pedang atau perisai.
Kecuali krn situasi yg sangat mendesak dan gawat seperti yg dilakukan
oleh Nusaibah binti Ka’b yg membela Rasulullah dgn pedangnya pada perang
Uhud juga sahabat wanita yg lain seperti Rumaisha’ yg dgn golok merobek
perut tiap kaum musyrikin yg melewatinya.
Pertama pada zaman kegemilangan itu kepergian wanita ke medan perang bukan suatu faktor kekuatan penting. Di samping keikutsertaan mereka di dalam berperang adl atas nama pribadi tidak atas nama kelompok.
Kedua para wanita itu tidak ikut serta keluar ke medan jihad kecuali dgn izin Rasulullah dan atas desakan dari mereka sendiri.
Ketiga keperanan wanita di medan perang disesuaikan dgn kodrat kewanitaannya. Mereka tidak ikut latihan berkuda sebagaimana yg dilakukan kaum lelaki juga tidak bersenjatakan pedang atau perisai. Kecuali krn situasi yg sangat mendesak dan gawat seperti yg dilakukan oleh Nusaibah binti Ka’b yg membela Rasulullah dgn pedangnya pada perang Uhud juga sahabat wanita yg lain seperti Rumaisha’ yg dgn golok merobek perut tiap kaum musyrikin yg melewatinya.
Rabu, 10 Oktober 2012 | Diposting oleh Unknown di 02.37 | 0 komentar
Minang Saisuak
IBRAHIM DATUAK SANGGUNO DIRAJO
mungkin
sebuah nama yang tak asing lagi bagi para pencinta kebudayaan
Minangkabau. Namnya menjadi tenar berkat karya-karya tulisnya di bidang
adat dan budaya Minangkabau. Dua bukunya, Kitab Tjoerai Paparan ‘Adat Lembaga ‘Alam Minangkabau (Fort de Kock: Agam, 1919) dan Moestiko ‘Adat ’Alam Minangkabau (Weltevreden: Balai Poestaka, 1920 [seri no. 277]) telah dicetak berulang kali.
Bukunya yang lain: Hikajat Tjindoer Mata (Fort de Kock: Merapi, 1923), Kitab Peratoeran Hoekoem ‘Adat Minangkabau (Fort de Kock: Lie, 1924), Kitab Soal Djawab tantangan ‘Adat Minangkabau (Beladjar ‘Adat dengan Tidak Bergoeroe) (Fort de Kock: Lie, 1927) dan Papatah Minangkabau (Fort de Kock: Merapi, 1928). Beliau menerbitkan pula satu berkala yang berjudul Koempoelan ‘Adat Minangkabau (edisi 1, 27 Mei 1935).
| Diposting oleh Unknown di 01.37 | 0 komentar
Biografi Tokoh Minang Kabau
Mohammad Hatta
H. Mohammad Hatta (populer sebagai Bung Hatta, lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902 – meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun) adalah pejuang, negarawan, dan juga Wakil Presiden Indonesia
yang pertama. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Hatta lahir dari keluarga ulama Minangkabau, Sumatera Barat. Ia menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu, Bukittinggi, dan pada tahun 1913-1916 melanjutkan studinya ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang. Saat usia 13 tahun, sebenarnya ia telah lulus ujian masuk ke HBS (setingkat SMA) di Batavia (kini Jakarta), namun ibunya menginginkan Hatta agar tetap di Padang dahulu, mengingat usianya yang masih muda. Akhirnya Bung Hatta melanjutkan studi ke MULO di Padang. Baru pada tahun 1919 ia pergi ke Batavia untuk studi di Sekolah Tinggi Dagang "Prins Hendrik School". Ia menyelesaikan studinya dengan hasil sangat baik, dan pada tahun 1921, Bung Hatta pergi ke Rotterdam, Belanda untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di Nederland Handelshogeschool (bahasa inggris: Rotterdam School of Commerce, kini menjadi Universitas Erasmus). Di Belanda, ia kemudian tinggal selama 11 tahun.
Selasa, 09 Oktober 2012 | Diposting oleh Unknown di 21.39 | 0 komentar
Makna Kehidupan
Apa yang anda dapatkan saat
ini, mungkin adalah apa yang anda pernah impikan di masa lalu. Seseorang
yang memiliki ambisi dalam hidupnya, lebih baik daripada tidak sama
sekali. Roda berputar memang benar, kadang seseorang berada di puncak
kejayaannya, mungkin juga suatu saat ia akan jatuh.
Tetapi
hidup tidak semudah setelah anda terjatuh lalu bangkit dengan
sendirinya. Bayi lahir pun harus merangkak dahulu sebelum ia bisa
berlari. Apa yang kita tanam saat ini, itulah yang akan anda tuai
nantinya.
Ketika kehidupan ini begitu sulit, apa yang harus
kita lakukan ketika uang pun kita tak punya. Kisah ini berawal dari
seorang ibu yang menahan sakitnya demi anak yang ia cintai. Anaknya
berumur 16 Tahun dan masih harus melanjutkan sekolahnya. Sang anak
berjanji, kelak setelah ia lulus dari sekolahnya, ia akan mendapatkan
pekerjaan yang layak untuk menggantikan sang ibu mencari nafkah. Ibunya
yang hanya seorang buruh pabrik merasa bahagia mendengar ucapan sang
anak dan mengamininya. Sang ibu merupakan orangtua tunggal yang telah
berpisah dengan suaminya sejak sang anak berumur 4 Tahun. Ketika
anak-anak yang lain memanggil-manggil ayahnya dan mengajak sang ayah
bermain, malangnya anak ini, ia hanya menunggu sang ibu pulang bekerja
setiap harinya. Sejak berumur 4 tahun, sang anak hanya dirawat oleh sang
nenek yang sudah tua renta sampai ia berumur 10 tahun dan mulai
terbiasa melakukan semua hal sendiri.
Tiba suatu saat penyakit
sang ibu tak dapat lagi ditutupi dikarenakan pembengkakan pada
payudaranya semakin membesar. Tapi masih dengan kasih sayang sang ibu,
dia mengatakan “ tidak apa-apa, ini akan baik-baik saja, kau pergilah ke
sekolahmu”. Namun, semakin lama dan semakin lama, penyakit ini sungguh
membuatnya merasakan kesakitan yang luar biasa hingga akhirnya sang ibu
pun memberanikan diri untuk memeriksakan diri ke puskesmas terdekat. Tak
lama vonis dokter menyatakan bahwa ini adalah Tumor payudara dan harus
segera di operasi.
Uang darimana ? Anak saya masih harus
sekolah, biaya operasi begitu besar. Dan rumah yang saya sewa ini pun
harus segera diperpanjang masa kontraknya, gumam sang ibu dalam hati.
Namun Tuhan tidak diam. Dia maha tahu. Dan apa yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin.
Sang ibu pun akhirnya mendapatkan biaya operasi gratis dengan bantuan
dari pemerintah setempat. Sang anak yang semula akan memutuskan
sekolahnya, mendapat keringanan biaya sekolah karena prestasinya. Dan
rumah yang harus ia perpanjang kontraknya, lambat laun terlunasi dengan
baik.
“Asalkan penyakitku ini bisa sembuh, aku masih bisa melihat putriku tumbuh menjadi orang yang sukses”
Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan kita alami di masa mendatang
dan apa yang akan Tuhan berikan kepada kita sebagai pertolongan kepada
umatnya.
Jadi, apapun yang kita lakukan, selama itu adalah hal baik maka akan berbuah kebaikan pula nantinya.
| Diposting oleh Unknown di 07.34 | 0 komentar
Remaja hari ini adalah pemimpin hari esok
namun saat ini permasalah yang muncul bagi remaja adalah tidak di biarkan mereka itu mandiri atau sikap manja yang berlebihan yang di berikan orang tua,yang membuat mereka tidak bisa menentukan sikap dan slalu tergantung pada orang lain.